Surat untuk mantan

Dear you who used to be my love,,

Gak kerasa ya sudah nyaris setahun sejak kita putus. Entah aku harus menyebutnya baru setahun, atau sudah setahun.
Time flies since you gone.

Dulu pas aku putusin kamu, kamu tanya kenapa aku ingin putus. And i said im just tired. Ya, aku lelah, dan karena aku lelah, aku ingin kamu mengulurkan tanganmu untukku, tersenuyum, lalu seenggaknya bilang, “ayo kita coba lagi, kita cuma butuh istirahat, bukan putus”. Bukannya membalikan badan dan pergi.

Walau dari dulu aku tahu kamu itu bodoh, tapi tidak kukira kamu bakal sebodoh itu sampe rela aja ngelepas aku, yang kamu tahu sayang banget sama kamu.

Walau ya, beberapa hari kemudian kamu mengirim sms dan ngajak balikan. But that’s just it. Effortless. Membuatku merasa, apa aku tidak seberharga itu untukmu sampe sampe kamu gak niat banget ngajak balikannya??
Karena kalau kamu mau berusaha sedikiittt aja, i will say yes. Seriously!

And as time goes by, i cant forget you.
Nama kamu masih tetap ada disalah satu sudut hatiku yang sempit.
Yes, i missed you. A lot. Tapi kembali lagi padamu, itu adalah hal yang berbeda.

Setelah perpisahan denganmu, ada satu hal yang aku pelajari. Selalu, untuk melanjutkan cinta, dibutuhkan banyak pengertian dan kesabaran, effort. Dan kita tidak punya itu.
Jujur saja aku ingin menyalahkanmu, kamu yang tidak punya itu. Tidak punya effort sama sekali.

And in the end, i have to say that, we dont deserve each other. Karena seperti yang kau tahu, kita sama-sama orang yang penuh borok disekujur hati. Sama-sama terlalu sibuk mengurus luka sendiri. Pun tidak dewasa. Dan memang persamaan tidak selamanya selalu menyatukan.

Then break up is the only one way.

Oh, satu lagi.
Bukankah selama ini, aku tidak
pernah meminta apapun? Sekarang,
bolehkah aku meminta sesuatu?
Hanya satu saja.
Aku tahu kamu orangnya mellow banget. Always think that you are the most miserable guy in the world.
Jadi kumohon, coba berbahagialah walau sedikit.
kejarlah apa yang menjadikanmu bahagia.

Jujur saja, Setelah kita berakhir, hal yang
paling membuatku sedih adalah
kenyataan bahwa aku sudah tidak
berhak lagi menghawatirkanmu. Dan memang tidak mau lagi mencemaskanmu.

Dimasa depan, aku harap saat kita saling berpapasan dijalan. Saling menggandeng tambatan hati yang baru, atau bahkan yang terakhir, kita bisa saling tersenyum ikhlas, sekejap menengok kebelakang tanpa hati luka.

Cause life surely must go on. With or without you..

Sincerely,

Your past..

PS. Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba #suratuntukRuth bernard batubara @gramedia